I Nyoman Masriadi termasuk salah seorang pelukis Indonesia yang sedang meroket. Karyanya langka, mahal, dan diburu banyak orang. Galeri yang menjual lukisannya memasang banderol cukup tinggi, sekitar USD 200 ribu hingga USD 300 ribu. Jika dikurskan dalam rupiah, rata-rata harga lukisan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta tersebut Rp 1,86 miliar hingga Rp 2,75 miliar.
Itu level harga di galeri. Kalau dibawa ke rumah lelang seperti di Singapura dan Hongkong, harganya bisa berlipat-lipat. Lukisan Masriadi dengan judul Book Lover terjual SGD 588.000 atau sekitar Rp 3,5 miliar di Singapura. Saat dilelang Sotheby di Hongkong pada 2008, lukisan Masriadi yang berjudul The Man from Bantul laku HKD 7,8 juta atau sekitar Rp 9 miliar.
”Saya nggak terlalu ngikuti harga di balai lelang. Kadang ngeri mendengarnya. Kadang juga bangga bisa sampai segitu. Tapi, itu bukan urusan saya lah,” kata ayah Ganesha, 12, dan Pucuk, 10, itu. Yang dipikirkannya hanya berkarya. Harga menjadi urusan belakangan.
Apa rahasia membuat lukisan seharga miliaran? Kening Masriadi berkerut. Dia tidak tahu jawabannya. Dia justru merendah. Katanya, lukisan itu ditawar tinggi lantaran diluncurkan pada momen yang pas. Ide lukisan sangat cocok dengan situasi pada saat itu. ”Bisa jadi kalau ada pelukis lain dengan ide sama mengeluarkan karya, yang bagus bukan hanya saya,” jelas pelukis yang suka tema-tema kontemporer tersebut.
Masriadi termasuk irit dalam berkarya. Rata-rata setahun dia hanya menghasilkan enam hingga tujuh lukisan. Paling banter, dia bikin 12 lukisan dalam setahun. Hal itu terjadi pada 2003. ”Barangkali juga karena lukisannya kecil-kecil. Tidak sampai 2 meter. Barangkali juga karena saat itu sedang rajin-rajinnya,” katanya lantas terkekeh.
Itu level harga di galeri. Kalau dibawa ke rumah lelang seperti di Singapura dan Hongkong, harganya bisa berlipat-lipat. Lukisan Masriadi dengan judul Book Lover terjual SGD 588.000 atau sekitar Rp 3,5 miliar di Singapura. Saat dilelang Sotheby di Hongkong pada 2008, lukisan Masriadi yang berjudul The Man from Bantul laku HKD 7,8 juta atau sekitar Rp 9 miliar.
”Saya nggak terlalu ngikuti harga di balai lelang. Kadang ngeri mendengarnya. Kadang juga bangga bisa sampai segitu. Tapi, itu bukan urusan saya lah,” kata ayah Ganesha, 12, dan Pucuk, 10, itu. Yang dipikirkannya hanya berkarya. Harga menjadi urusan belakangan.
Apa rahasia membuat lukisan seharga miliaran? Kening Masriadi berkerut. Dia tidak tahu jawabannya. Dia justru merendah. Katanya, lukisan itu ditawar tinggi lantaran diluncurkan pada momen yang pas. Ide lukisan sangat cocok dengan situasi pada saat itu. ”Bisa jadi kalau ada pelukis lain dengan ide sama mengeluarkan karya, yang bagus bukan hanya saya,” jelas pelukis yang suka tema-tema kontemporer tersebut.
Masriadi termasuk irit dalam berkarya. Rata-rata setahun dia hanya menghasilkan enam hingga tujuh lukisan. Paling banter, dia bikin 12 lukisan dalam setahun. Hal itu terjadi pada 2003. ”Barangkali juga karena lukisannya kecil-kecil. Tidak sampai 2 meter. Barangkali juga karena saat itu sedang rajin-rajinnya,” katanya lantas terkekeh.
Posting Komentar